Menjadi seorang
mahasiswa memang harus bisa membagi waktu, berbagai macam kegiatan diikuti
untuk sekedar menambah pengalaman dan ilmu, termasuk mengikuti kegiatan di
komunitas atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan pilihanku jatuh saat
mendaftar di salah satu komunitas pers
kampus Institut Bisnis dan InformatikaStikom Surabaya. sedikit cerita, sebagian orang mungkin saja tidak
mengetahui passionnya dan hanya
mengikuti kemana aliran air membawanya, bahkan sebelumnya saya pun seperti itu.
Namun semua
berubah saat saya mulai menulis di salah satu media cetak Stikom Surabaya, berbagai pelatihan saya ikuti hanya sekedar ingin
mengetahui passion saya, hal yang
membuat saya merasa nyaman saat melakukan sesuatu. Komunitas pers Stikom Surabaya banyak mengadakan pelatihan mengenai bagaimana cara
menulis yang benar, bagimana cara menjadi seoang jurnalis yang profesional, dan
kode etik seorang jurnalis agar tidak melakukan kesalahan saat terjun ke
lapangan.
Tugas lapangan
pertama saya saat itu adalah meliput Dies
Natalis Stikom Surabaya yang
berlokasi di taman bungkul, acara yang memang dilaksanakan saat hari minggu
membuat suasana cukup ramai. Berbekal sedikit informasi dari salah satu panitia
acara, saya mencari lokasi Dies Natalis
yang memang cukup jauh dari tempat penitipan sepeda motor, ditambah lagi cuaca
yang cukup cerah membuat kota Surabaya terasa panas bahkan saat di pagi hari,
sungguh melelahkan. Bahkan saat sudah sampai di lokasi saya harus mengikuti peserta
dengan agenda jalan sahat mengelilingi taman bungkul, hal tersebut dilakukan
demi mendapatkan foto yang bagus dan natural.
Tugas lapangan
kedua saya adalah mewakili pers
mahasiswa untuk menghadiri acara dialog yang berlokasi di Universitas
Brawijaya, Malang. Saat itu adalah saat yang paling berkesan, karena saya bisa
bertatap langsung dengan salah satu narasumber yaitu adik kandung dari seorang
teroris bernama Amrozi, yaitu bapak Ali Fauzi. Beliau saat itu bercerita, dengan
hanya berbekal bumbu dapur beliau bisa menciptakan bom, meskipun dengan skala
ledakan yang tidak terlalu besar, hehehe. Tidak hanya itu saja, uang ratusan
ribu masuk ke kantong saat selesai menghadiri acara tersebut, tapi jangan tanya
jumlah lebih tepatnya ya, hehehe. Yang pasti lebih dari 100 ribu, Upss.
Stikom Surabaya memang
memberikan banyak hal sebagai pengalaman saya menjadi seorang jurnalis, mulai
dari perjuangan hingga kisah berkesan dengan narasumber. Semoga berbagai macam
pelatihan yang saya ikuti mampu menambah wawasan saya, dan menjadikan saya
pribadi yang Unggul dan Terkenal. Stikom Surabaya makin menjadi Institut yang Berkualias, karena
memberikan pengalaman yang berkesan bagi mahasiswanya.